Kamis, 21 Juni 2012

Pengolahan aluminium

1 komentar






Aluminium dapat diolah dengan melalui beberapa tahapan seperti : proses penambangan, proses pemurnian, proses peleburan dan proses fabrikasi.
Bahan-bahan untuk keperluan produksi Aluminium adalah alumina, kokas, hard pitch. Alumina akan dimasukkan ke silo alumina (alumina silo), kokas kedalam silo kokas (coke silo), pitch kedalam pitch storage house. Pemasukan bahan-bahan tersebut menggunakan ban berjalan (belt conveyer).
Alumina yang berada didalam silo alumina kemudian kemudian dibawa ke dry scrubber system untuk direaksikan dengan gas HF yang berasal dari pot. Hasil dari reaksi ini adalah reacted alumina yang akan dimasukkan kedalam hopper pot dengan menggunakan Anode Changing Crane (ACC). Dari hopper pot, reacted alumina akan dimasukkan kedalam tungku reduksi.
Kokas yang ada dalam silo kokas akan bercampur dengan butt (puntung anoda) dan mengalami pemanasan. Kemudian dicampur dengan hard pitch yang berfungsi sebagai perekat (binder). Campuran ketiga bahan ini akan dicetak menggunakan Shaking Machine di Anode Green Plant dan selanjutnya mengalami pemanggangan pada baking furnace. Hasilnya adalah blok anoda (anode block) di Pabrik Pemanggangan Anoda (Anode Baking Plant).
Blok-blok anoda kemudian akan dipasangi tangkai (anode assembly) di Anode Baking Plant. Anoda tersebut kemudian akan dikirimkan ke Pabrik Reduksi (Reduction Plant) untuk keperluan proses elektrolisis alumina menjadi aluminium. Setelah + 28 hari anoda diganti dan sisa-sisa anoda (butt) dibersihkan. Butt ini kemudian akan dihancurkan dan dimasukkan ke silo butt. Butt kemudian dipakai kembali (recycle) sebagai bahan pembuatan anoda bersama kokas dan pitch.
Pada tungku reduksi akan terjadi proses elektrolisis alumina. Proses ini akan menghasilkan gas HF yang akan dialirkan ke dry scrubber system untuk bereaksi dengan alumina dan dibersihkan lalu dibuang melalui cerobong gas cleaning system. Aluminium cair (molten) yang dihasilkan dibawa ke Pencetakan (Casting Shop) menggunakan Metal Transport Car (MTC). Di casting shop aluminium cair dimasukkan kedalam holding furnace, lalu dituang ke mesin pencetakan (casting machine) untuk dicetak menjadi ingot aluminium dengan berat masing-masing.
Read more...
Senin, 19 Maret 2012

Batuan Metamorf

0 komentar

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme batuan-batuan sebelumnya baik itu batuan beku, sedimen maupun batuan metamorf lain, yang dikarenakan adanya pengaruh tekanan, temperature, dan aliran panas baik cair maupun gas. Struktur batuan metamorf ada 2 yaitu foliasi dan non foliasi.
1. Foliasi
Foliasi yaitu penglihatan berlapis atau berlembar pada permukaan batuan akibat orientasi kesejajaran mineral penyusun batuannya. Foliasi umumnya merupakan hasil metamorfose regional (pembahasan selanjutnya), jenis ini secara visiula menampakkan kesan seperti lapisan pada batuan sedimen. Contoh batuannya adalah Slaty, Phyllit, Schistose, Gneissic

2.  Non Foliasi
  Struktur yang kedua yaitu non Foliasi. Merupakan kenampakan tidak berlapis atau tidak berlembar pada permukaan batuan. Contoh batuannya adalah kuarsit dan marmer.
 
Non foliasi terbagi atas  Granulose/hornfelsik, merupakan mozaik yang terdiri dari mineral equidimensional. Umumnya Non Foliasi merupakan hasil metamorfose kontak / termal (pembahasan selanjutnya).


A.          TIPE / PENGELOMPOKAN BATUAN METAMORF

1.              Metamorf  Termal / Kontak
Proses pembentukan batuan metamorf yang tejadi akibat adanya pengaruh suhu (T) yang tinggi  yang dikarenakan pengaruh instrusi magma yang panas (akibat intrusi/kontak langsung dengan magma). Dengan demikian batuan metamorf  tipe ini sering ditemui di sekitar tempat-tempat batuan instrusi. Contoh  batuannya yaitu batu sabak, batu tanduk (hornfels), marmer (marbel), kuarsit.

a.        Marmer
Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau malihan dari batu gamping. Marmer termasuk dalam batuan metamorf Non Foliasi. Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batugamping. Setiap ada batu marmer akan selalu ada batugamping, walaupun tidak setiap ada batugamping akan ada marmer. Karena keberadaan marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang mempengaruhinya baik berupa tekan maupun perubahan temperatur yang tinggi.


2.      Metamorf Dinamo/Dislokasi/Kataklastik
Adalah proses pembentukkan batuan metamorf yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan (P) yang dihasilkan oleh gerak diastropisme. Metamorfose semacam ini biasanya didapatkan di daerah patahan dan lipatan. Dengan adanya tekanan dari arah yang berlawanan maka butiran-butiran mineral akan menjadi pipih d
an sebagian akan mengkristal kembali. Contoh batu sabak (slate), milonit dan lainnya.

a.    Batu Sabak (slate)
Batu sabak merupakan batuan hasil proses metamorfosa dari mudstone (batu lumpur). Mudstone yan gterdiri dari butiran-butiran kuarsa di dalam masa liat yang lebih halus, karena tertekan maka butiran kuarsa menjadi pipih sedangkan partikel liat mengkristal kembali menjadi lapisan mika. Batu sabak termasuk dalam batuan metamorf Foliasi


1.      Metamorf Regional (Dinamo-Termal)
Proses pembentukkan batuan metamorf yang diakibatkan oleh kenaikan tekan (P) dan temperature (T) secara bersama-sama. Proses ini terjadi secara regional, berhubungan dengan lingkungan tektonis, misalnya pada jalur “pembentukan pegunungan” dan “zona tunjaman” dsb. Contoh batuannya adalah filit, sekis, gneiss, kuarsit, eklogit, marmer (pada metamorf regional).
Read more...